Jan Pieterszoon Coen merupakan Gubernur Jenderal VOC yang
memiliki banyak keunikan dibandingkan gubernur jenderal lainnya. Beberapa
diantaranya adalah Coen merupakan salah satu dari sedikit gubernur jenderal VOC
– Hindia Belanda yang biografinya tercantum dalam Ensiklopedia Britannica, Coen
juga merupakan satu-satunya pejabat Belanda yang menduduki jabatan gubernur
jenderal hingga dua kali. Coen juga dianggap oleh para sejarawan barat sebagai
salah satu tokoh kontroversial di Hindia Belanda. Tindakan-tindakan yang
dianggap kontroversi adalah peristiwa pembantaian rakyat Banda tahun 1621 dan
skandal Sarah Specx – Pieter Coertenhoff di Batavia. Sebagai catatan, peristiwa
Banda tahun 1621 adalah tindakan ‘genocide’ pertama yang dilakukan bangsa
Belanda kepada rakyat Indonesia.
JP Coen lahir di Hoorn pada tahun 1586 atau 1587. Tanggal
kelahirannya kurang jelas, yang jelas ialah bahwa ia dibaptis pada
tanggal 8 Januari
1587 sebagai putra Pieter Janszoon. Pada usia ke 13 ia dikirim
ayahnya ke Roma.
Disana ia magang pada seorang pedagang Flandria,
Belgia bernama Joost de Visscher. Di Roma ia tinggal selama 6
tahun. Selain belajar dagang, ia juga belajar berbagai macam bahasa.
Pada tahun 1607 ia kembali ke Hoorn lalu pada tanggal 22 Desember
pada tahun yang sama ia berangkat ke Hindia. Pada kesempatan ini ia diberi nama
Coen. Ia kembali lagi pada tahun 1610. Pada perjalanan
pertamanya ke Hindia tidak banyak yang diketahui selain bahwa atasannya, Pieter
Willemszoon Verhoeff konon dibunuh
orang Banda saat negosiasi pembelian rempah-rempah. Hal ini bisa jadi
memicu kekejian Coen dalam menghadapi orang Banda pada masa
depan.
Lalu di Banten, pada usia 31 tahun, pada tanggal 18 April
1618, ia diangkat menjadi Gubernur-Jenderal.
Akan tetapi baru pada 21 Mei 1619
ia resmi memangku jabatan tersebut dari Gubernur Jenderal sebelumnya, Laurens Reael.
Setelah menjadi Gubernur-Jenderal, ia tidak tahan terhadap orang Banten dan
orang Inggris
di sana, maka iapun memindahkan kantor Kompeni
ke Jakarta, di mana ia membangun pertahanan. Pada tanggal 30 Mei
1619 dia menaklukkan Jayakarta dan namanya diubah menjadi Batavia
(Batavieren).
Sementara itu orang-orang Inggris tidak diam, mereka marah
atas perlakuan orang Belanda terhadap orang Inggris di Maluku. Sebagai dendam
mereka merebut sebuah kapal Belanda De Swarte Leeuw yang berisi penuh
dengan muatan. Maka setelah itu pertempuran antara kedua kubu pun dimulai. J.P.
Coen sebagai pemimpin Belanda, bisa memenangkan pertempuran melawan orang
Inggris. Setelah menang melawan Inggris, ia merusak Jakarta dan membangun
benteng Belanda di kota itu. Di atas puing-puing kota Jakarta ia membangun kota
baru yang dinamakannya menjadi Batavia.
Kemudian pada tahun 1623, ia menyerahkan
kekuasaan kepada Pieter de Carpentier dan ia sendiri pulang
ke Belanda. Oleh pimpinan Kompeni (VOC)
ia disuruh kembali ke Hindia dan menjadi Gubernur-Jenderal kembali. Maka iapun
datang pada tahun 1627. Pada masa jabatannya kedua ia terutama berperang
melawan Kesultanan Banten
dan Mataram.
Mataram menyerang Batavia dua kali, yaitu pada tahun 1628 dan 1629. Kedua-duanya gagal,
tetapi Coen tewas secara mendadak pada tanggal 21 September
1629, empat hari setelah istrinya, Eva Ment,
melahirkan seorang putri yang juga meninggal.
J.P. Coen dikenang sebagai pendiri Hindia
Belanda di Belanda. Namanya banyak dipakai sebagai nama-nama jalan
dan bahkan di Amsterdam
ada sebuah gedung yang dinamai dengan namanya (Coengebouw). Sebaliknya,
di Indonesia ia terutama dikenal sebagai seorang pembesar Kompeni
yang kejam.
Jan Pieterszoon Coen meninggal di Batavia pada tanggal 21 September
1629. Terdapat 2 versi yang berbeda mengenai penyebab kematian
Coen. Menurut versi Belanda, Coen meninggal karena kolera yang
kini lebih dikenal dengan muntah darah, sedangkan versi lainnya meyakini bahwa
kematian Coen akibat serangan bala tentara Sultan Agung dari Mataram. Dari kedua
versi ini kemudian diyakini bahwa Coen meninggal karena terjangkit wabah kolera
yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di Sungai
Ciliwung setelah peristiwa Serangan Besar di Batavia tahun 1628.
Untuk mengenang Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen,
pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan sebuah monumen dan patung pendiri
Kota Batavia itu. Gubernur Jenderal VOC (1619-1623 dan 1627-1629) ini, dibuat
patungnya pada 1869,
bertepatan dengan 250 tahun usia kota Batavia oleh Gubernur Jenderal Pieter Mijer
(1866-1872).
Patung Coen yang berdiri dengan angkuh sambil menunjuk jari telunjuknya dengan
mottonya yang terkenal: Dispereet Niet
("pantang berputus asa").
Setelah berdiri selama 74 tahun di depan Gedung Putih yang
kini jadi Gedung Departemen Keuangan di
Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, patung dari tembaga ini pun
digusur dan dihancurkan pada 7 Maret 1943
selama pendudukan Jepang.
Di masa kolonial Belanda, ulang tahun Jakarta selalu
diperingati pada 30 Mei,
ketika di tanggal tersebut tahun 1619, Coen menghancurkan Jayakarta.
Sumber ;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar